Lampung Utara | Pusat News Proyek rehabilitasi gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara, kembali menuai sorotan tajam. Pasalnya, bangunan yang direhab dengan dana APBD sebesar Rp397.640.000 itu sudah mengalami kerusakan meski belum genap setahun selesai dikerjakan.
Proyek yang dimulai pada 30 Oktober 2024 tersebut awalnya diharapkan dapat menghadirkan ruang belajar yang layak, nyaman, dan aman bagi siswa. Namun kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik. Beberapa plafon ruang kelas kini tampak lepas dan renggang, bahkan dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan anak-anak saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Warga: “Dari Awal Sudah Kami Ingatkan”
Reki, salah seorang warga yang tinggal di sekitar sekolah, mengaku sejak awal pengerjaan dirinya dan masyarakat sekitar sudah curiga dengan kualitas bangunan yang dikerjakan pihak kontraktor.
“Benar ada kerusakan di mana-mana. Dari awal pengerjaan pun kami sudah mengingatkan supaya dikerjakan dengan baik dan benar, tapi ternyata asal-asalan,” tegas Reki, Sabtu (27/9/2025).
Pihak sekolah bersama komite sudah melaporkan kerusakan tersebut kepada instansi terkait. Namun hingga kini belum ada upaya perbaikan dari pihak pengembang. Kondisi ini membuat guru dan siswa resah, sebab gedung yang seharusnya menjadi tempat belajar justru menjadi ancaman keselamatan.
Kepala sekolah bersama komite menegaskan bahwa mereka berharap ada tindakan tegas dari pemerintah daerah agar kerusakan segera diperbaiki, sekaligus mengusut tuntas penggunaan anggaran yang mencapai ratusan juta rupiah itu.
Besarnya nilai anggaran yang dikucurkan untuk proyek rehabilitasi dua sekolah di Lampung Utara, termasuk SDN 01 Bukit Kemuning, menimbulkan tanda tanya besar. Publik menduga ada praktik penyimpangan yang membuat hasil pekerjaan jauh dari standar mutu.
Masyarakat mendesak aparat penegak hukum turun tangan untuk mengusut adanya dugaan penyelewengan dana negara dalam proyek pendidikan ini. Sebab, jika dibiarkan, kerugian bukan hanya pada sisi finansial, tetapi juga pada dunia pendidikan yang menjadi korban utama.
Guru, siswa, komite, dan warga berharap agar proyek rehabilitasi sekolah tidak hanya dijadikan ajang mencari keuntungan, melainkan benar-benar mengutamakan kualitas dan kebermanfaatan bagi pendidikan. Mereka meminta bangunan sekolah diperbaiki total dengan kualitas yang baik sehingga bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
“Jangan hanya proyek seremonial. Kami butuh bangunan sekolah yang aman, bukan asal-asalan yang cepat rusak,” tegas warga lainnya. (Ansyori)